perjalanan gue kali ini ke kisaran, sebuah kota yang berada di jalur trans sumatera utara (timur) ke arah riau. hotel tempat gue nginep-pun, yang lewat juga truk gede jarak jauh, bahkan juga bus ALS (antar lintas sumatera) yang bikin gue nebeng ke jakarta. :O
bicara mengenai kisaran, sebenernya gue cukup tertarik dengan kota ini. kota dengan adat campuran dimana kaum melayu, batak, tionghoa, dan jawa (pendatang) berbaur menjadi satu. keramahan cukup terasa di sini, mematahkan pameo bahwa orang batak sangar-sangar. galak? hmmm.... may be not. yang gue rasakan malahan orang di sini cukup hormat jika kita berlaku sopan. *at least ini pengalaman gue ama tukang becak motor di sini.
so, itu mengenai custom di sini. mengenai tata kotanya, waduh, kaget lah gue ini. biasa di bogor yang tata kotanya gak geometris bgt, di sini terkaget-kaget melihat layout perumahan warga di pusat kota yang square-plotted. pas gue ke daerah jalan sisingamangaraja terutama. melihat rumah padat penduduk yang bener-bener padat dan itungannya di tengah kota, namun bentuk bangunannya banyak yang timpang. ruko bertingkat lima bersebelahan dengan rumah beratap seng yang karatan. lalu beberapa komunitas tionghoa masih teguh memasang set dupa di depan rumah (kalo yang kayak gini biasanya rumahnya yang masih old-fashioned banget deh).
Gambar 1. Jalan Sisingamangaraja (tempat twitter battle berlangsung)
oiya, jalan-jalan gak lengkap lah kalo gak lihat makanan disini. berhubung gue baru semalem disini (jam 3 pagi cek ini, pagi sarapan di hotel, siang ke kebun), maka baru siang itu gue nyari makan disini. dan berhubung pula gue keujanan, gue nyari yang anget-anget, giling, beli bakso, gak kenyang blas, maklum orang jowo kalo belom nasi ya belom makan, tapi lumayan lah dapet yang anget-anget. bakso disini kalo gue perhatiin kocak jua. jadi yang disiapin penjualnya cuman basonya doang. isi lainnya bisa mie instan ato bihun, tambah irisan seledri dikit (sembelit sembelit deh gue). setelah gue pikir, mending milih mie instan deh, lebih voluminous. dan jengjengjeng, mie instannya cuma diseduh. bayangin dong teksturnya kayak apa. :'(. dan kalo gue lihat, pemintanya kayaknya banyak deh, buktinya si ibunya menyiapkan dalam jumlah besar. :D
Gambar 2. Bakso Mie Instan yang Bikin Makin Keriting
Gambar 3. Could You See the Stacks of Sareme in the Left Corner?
masalah makanan yang lain sih banyak tukang jualan yang ada di sini. beberapa gerai juga menawarkan makanan cina yang ebrbahan dasar emi. tapi ati-ati kali ye, takutnya ada yang pake pork. dari aroma yang timbul saat lewat depan ruko di daerah ahmad yani, kecium kalo disitu banyak pork eater. *bau keringetnya beda cin. :D
yang agak bikin sebel disini adalah waste-management yang agak semrawut. tumpukan sampah yang berada di pinggir jalan (ato mungkin gang, tapi agak gedean) bisa dijumpai dengan mudah, lengkap dengan lalet lalet manis yang beterbangan kian kemari. hiyyy.... not much, but often. merusak pemandangan? iya. jorok? apalagi. trus kejengkelan lain adalah masalah transportasi. mau gak mau harus mengandalkan becak motor yang berseliweran di sini. ongkosnya mahal! tapi yo mau gimana lagi, gak ada alternatif lain, apalagi hotel tempat gue nginep jauh dari mana-mana. :( trus tukang ojeknya suka kampret kalo ngasih harga. ergghhh....