Postingan saya kali ini bukan sesuatu yang baru sekali, tapi pada bulan September yang lalu. Pulau Pari sendiri bukan sesuatu yang baru sekali, seingat saya, teman kuliah saya yang bernama Nazima Maulidya pernah mengajak ke Pulau Pari, duluuu sekali. Tetapi karena keterbatasan budget saat itu, saya menolak.
Semenjak Listrik masuk ke Kepulauan Seribu, ditambah dengan sosmed, maka Kepulauan Seribu menjadi terekspos secara eksponensial. Kalau dulu saya hanya tahu Pulau Bidadari dan Pulau Kayangan karena sering menjadi lokasi shooting Sinetron, maka saya mencoba mengunjungi daerah tersebut, Pulau apapun itu, terserah. :)
13 September 2014, pukul 06.30 saya sudah berada dalam bus transjakarta dari halte Sarinah ke Stasiun Kota. Dari kota menyambung dengan angkutan ke Muara Karang, disambung lagi dengan mikrolet (atau angkot) merah saat itu, ke depan pintu Pasar Muara Angke. Ketika sampai di dalam, saya sangat terkejut ketika mendapati suasana sudah sangat hiruk pikuk di sana. Bisa dikatakan, semua kapal kayu yang ada, sudah sesak dengan penumpang. Saking sesaknya, bahkan saya duduk di luar kapal ketika dalam perjalanan menyeberang ke Pulau Pari. Mengapa Pulau Pari, entah mengapa, saya sendiri lupa alasannya. Yang pasti tidak ada alasan khusus saat itu.
Setelah 3 jam perjalanan, kapal sampai di Pulau Pari. Mencoba mengikuti saran teman di kapal, saya disarankan mencari tiket kapal kerapu untuk pulang hari, Naas, tiket habis. Untung di sore hari saya masih bisa naik kapal predator. :3
Dipulau pari sendiri ada dua spot 'obyek' wisata yang memungkinkan untuk dijelajahi.
1. Pantai Pasir Perawan
Spot ini memang khusus untuk wisatawan. Tarif masuknya murah, kalau tidak salah tidak sampai Rp. 10.000,00, bisa gratis malah kalau tahu ada jalan tikus untuk menuju lokasi, hehehe. Untuk wisatawan yang akan membuat tenda (ya, di dalam memungkinkan untuk membuat tenda, kalau betul betul backpacker dan tidak mau menginap di homestay), tarifnya beda lagi. Dihitung per tenda (dan juga per wisatawan).
Fasilitas di dalam Pantai:
- Pantai berpasir besar dengan ombak yang sangat tenang (Karena ada buffer bakau di sekeliling pantai) dan hingga ke batas buffer kedalaman airnya sangat dangkal.
- Beberapa tempat makan, kebanyakan menyediakan bakso, mi instan, dan es kelapa muda. Harganya standar saja, tidak terlalu mahal.
- Rental perahu kayu dan pengayuh, untuk keliling ke antara pohon bakau, kalau tidak salah, 35 ribu sekali putar.
- Rental kayak/sampan, untuk berdua, bisa digunakan untuk keliling areal pantai (selama masih dalam buffer bakau)
- Areal untuk mendirikan tenda. Ada di sebelah kanan pintu masuk. Areal yang banyak dipilih camper agaknya memang yang tertutup (jadi agak semi private)
2. Lokasi Pelatihan LIPI
Bukan spot khusus wisata, tetapi lebih ke areal Diklat bagi Karyawan LIPI. Jadi ya jangan heran kalau lokasinya tidak semenarik harapan anda. Tetapi, yang pasti masuknya gratis kok, free of charge. :) Cukup mengisi buku tamu yang disediakan oleh penjaga di pos masuk. Dan namanya areal Penelitian, jangan pirrating. Jangan merusak fasilitas yang ada dan jangan mengambil biota yang ada
Tips and Tricks:
- Ada tiga BTS di pulau Pari, artinya tidak perlu kehilangan akses komunikasi dengan dunia luar.
- Pada hari Sabtu siang, umumnya pengunjung masih tinggal di Cottage sehingga pantai masih seperti milik sendiri.
- Kunjungan akan lebih mudah dilakukan jika dilakukan dalam rombongan sejumlah 10 orang, karena banyak paket wisata yang bisa mengakomodasi, dari tiket, penginapan, snorkeling, dan konsumsi
- Kalau ingin balik hari seperti saya masih memungkinkan, sore hari ada kapal predator (jet boat) yang pulang sekitar jam 15.00 ke Pantai marina (Ancol). Tarifnya memang mahal, 165.000 per orang, dibandingkan kapal kayu yang hanya 35.000, tetapi waktu tempuhnya juga jauh lebih singkat, tidak sampai satu jam.
- Di areal Pulau Pari tidak perlu takut kelaparan, banyak warung yang menjual berbagai makanan, dari otak otak, gorengan, hingga bakso.
- Dengan timing yang tepat, kunjungan ke Pulau Pari bisa menyenangkan, air jernih (dibandingkan Ancol), arus tenang, dan suasana yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
- Sedikit minus dari Pulau Pari adalah spot spot di luar Pantai Pasir Perawan dan Diklat LIPI, mudah dijumpai sampah. Solusinya, jangan kesana. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar