Selasa, 16 Desember 2014

Kebun Raya Cibodas

Kebun raya ini memang tak terkenal saudara sepupunya, Kebun Raya Bogor. Secara geografis, kebun raya cibodas memang kurang beruntung, tak jauh dari jalan lintas Bogor-Bandung, tapi yang macetnya tentu saja telah terkenal. secara geografis, memang jarak keduanya tak terlalu jauh, mungkin kurang dari 50 km, namun kondisi agroklimatnya memang beda. kalau KRB ekosistem dataran rendah beriklim basah, maka KRC adalah dataran tinggi dengan iklim basah.


 Gambar 1. Musholla KRC yang ada di tengah danau. Melihatnya saja sudah bikin adem

  Gambar 2. Peta Kebun Raya Cibodas

One thing i love most dari KRC adalah tiket masuknya gratis, err.... Memang sejak April tahun 2012, masuk ke KRC digratiskan alias bebas biaya. Ketika gue kesana akhir bulan Maret 2012 (saat masih bayar), pada weekend saja ramainya sudah naujubilah, apalagi kalau gratis seperti sekarang ya?

Gambar 3. Gunung Pangrango (atau Gede?) yang nyembil dibalik awan.

Hawa hawa di KRC terasa aroma pegunungan sekali. Dingin, seringkali gerimis ringan dan berkabut ketika sudah diatas jam 12, dengan awan dan mendung yang selalu menggantung rendah di kaki gunung. Hawa dinginnya itu sebenarnya yang bikin malas ngapa-ngapain. Pengennya tidur aja sambil meluk kamu. *ngomong sama kompor*.

Namanya kebun raya, ya ukurannya luassssss banget. Dan berhubung saya kesana dengan modal nekat, maka saya gak ke kebun sakura, yang memang lokasinya jauh di belakang, jauh dari pintu masuk utama. Menurut pengamatan saya, tidak ada mobil keliling kebun raya seperti di KRB, itu yang bikin malas kalo gak bawa kendaraan sendiri. -tau deh beneran gak ada apa emang guenya aja yang gak lihat-. LOL
 Gambar 4 dan 5. Spot kolam teratai

Tujuan awal ke KRC adalah liat koleksi anggrek, yang bersebelahan dengan koleksi kaktus. The most sh*tty thing adalah, gue kesana pas weekend dan penjaga green house keduanya gak ada *terkunci*. Katanya sih bisa menghubungi petugas kebersihan yang biasa megang, tapi ternyata dia lagi heboh bantuin acara gathering -apalah itu instansinya- yang bertempat di gedung -juga entah apa namanya- depan greenhouse kaktus dan anggrek.

 Gambar 6. GuestHouse yang bisa Disewa.

Kecewa, padahal jalan kaki gue dari depan ke greenhouse ini yang jaraknya lumayan + trek setan naik turun mendaki gunung lewati lembah + berkelok cetar. ngeloyor aja gue pulang.

Di dekat entri masuk ada kios yang menjual tanaman hias, kantin, dan wisata agro -sok -sokan- petik stroberi. tapi berhubung gue gak minat ya gak mampir *apeu* *padahal gak punya duit*.
 
Gambar 7. Spot Wisata agro petik strawberry sendiri

Trus berhubung sini luas dan adem, banyak yang duduk duduk dilapangan sambil ngegelar bekel dari rumah. Rata-rata memang kalo gue liat kesini tujuannya buat piknik (sama pacaran). Kayaknya emang gue doang yang punya tujuan scientific dikit ingin mengenal keragaman koleksi KRC (halah, sok sokan).

kalo pengen ngegelar bekel dari rumah, disini banyak ibu ibu yang kerja sebagai penyewa terpal alas duduk. Agak malu juga sih mereka pas difoto, gak ada niatan jadi artis kali ya jadi malu dan kurang fotogenic *halah*. ibu ibu ini pakai seragam khusus yang membedakan mereka dari pengunjung umumnya, dan mereka juga berkumpul di lapangan depan, dekat simpang utama pas pertama masuk ke KRC.
Gambar 8. Ilustrasi piknik di tengah lapangan

 Gambar 9. Ibu ibu penyewa terpal untuk alas piknik.

 Bonus:
1. Ini postingan yang sudah terpendam lama di draft, bisa jadi relevansinya sudah menurun di beberapa aspek.
2. Di pintu keluar banyak penjual oleh oleh, dari snack, suvenir, sampai sayuran. Berikut contoh foto yang gue ambil saat itu. Harganya murah kok, saat itu masih Rp. 10.000 tiga bungkus, dan yang pasti sayurannya sangat segar.

3. Untuk piknik, memang di KRC jauh lebih enak daripada KRC, karena udaranya sejuk dan sengatan matahari jadi tidak terlalu terik.
4. <PLEASE READ THIS> Walaupun contoh penjual sayur yang gue pasang di Bonus 2 itu cukup murah dan menggoda, ada yang masih lebih baik lagi jika ingin membeli oleh oleh. Di jalan keluar, di turunan, sebelah kanan jalan ada penjual sayur yang berbeda. Penjualnya adalah ibu ibu (lebih tepatnya disebut nenek nenek) yang menjual sayur indigenous. Saat itu, beliau menjual pucuk daun labu siam, pakis, katuk, dan sejenisnya. Sayuran yang tinggal foraging saja dari sekitar. (Mbrebes mili), kalau memang kesana tolong beli. Dia gak minta minta, tapi lebih baik beli di beliau (dan tanpa menawar).


Edited December 24th
Ternyata masuk KRC itu berbayar, kalaupun pada saat itu tidak berbayar, maka hanya saat ulang tahun KRC.

1 komentar: