Jumat, 15 Mei 2015

Es Teh berbahaya di Monas

Jujur saya semakin ragu untuk jajan di luar setelah melihat tayangan reportase invetigasi di TV swasta kita. Walaupun di akhir acara ada profil penjual jujur yang disorot, otak kita sudah terbiasa untuk lebih mudah menerima sugesti negatif dari luar (yaitu jangan jajan diluar). Saya pikir reportase investigasi sudah sukses membuat kita makan dirumah, gerakan mulia sih. Hahaha

Kalau pernah wisata ke Jakarta, maka harusnya juga pernah ke Monas (entahlah, Monas sepertinya destinasi wajib bagi masyarakat daerah yang berkunjung ke Jakarta). Di Monas, banyak sekali bertebaran pedagang keliling yang selain tidak rapi, juga jelas jelas jorok karena selalu meninggalkan bekas sampah. Belum lagi, sudah menjadi rumor umum kalau penjual di Monas seringkali tidak jujur dalam menentukan harga makanan dan minumannya. Tapi bukan itu yang sedang saya sorot, tetapi minumannya yang sudah sehat.

Mengenai makanan, saya tidak yakin mengenai kesehatannya, tetapi untuk minuman, khususnya es teh, saya sudah menyaksikan sendiri praktik nakalnya, sehingga saya juga berani untuk menulisnya disini. Pertama, harga es teh kemasan cup di Monas sangat murah, hanya 3000. Bandingkan dengan harga air mineral merk paling beken se Indonesia yang 6000 per botol. Harga gula saja tidak pernah kurang dari 10.000 per kilo, mana mungkin bisa dapat harga seperti itu?

Dulu saya pernah melihat di Kaskus dimana praktik nakalnya adalah menggunakan es batu balok untuk pendingin. Walaupun itu juga bisa dikatakan tidak baik, praktek yang saya gunakan juga tidak kalah ngeri. 

Air yang digunakan, bukanlah air galon yang memang diperuntukkan untuk konsumsi manusia. Pagi pagi sekali, biasanya pedagang akan berbondong bondong ke stasiun Gambir untuk mengambil air dari keran (mungkin) toilet. Air toilet itu kemudian direbus secara berjamaah di pinggir pagar, kemudian dibagi kepada siapa yang membutuhkan, Tidak gratis tentunya.

Pembagian ini, menggunakan kemasan jerry can (atau bahasa Indonesianya, Jerigen). Air dalam kemasan jerigen ini dibawa oleh penjual es teh untuk digunakan menyeduh teh. Apa memang jerry can ini food grade? Dan apa kualitas plastiknya bisa digunakan untuk air panas? Penyeduhan dengan jerigen ini biasanya dilakukan di sudut sudut taman monas yang sepi. Saya pernah memergokinya di track lari monas, di lingkaran terluar.

Saat akan menyeduh teh, biasanya pelaku akan membawa tiga bahan, air panas dalam jerigen, teh kotak, dan pemberi rasa manis. Masalahnya, untuk pemberi rasa manis ini, bukan menggunakan gula, tetapi natrium siklamat, atau lebih beken sebagai biang gula atau sari manis. Satu kemasan tanggung siklamat ukuran 50 gr, satu jerigen air panas isi 5 liter, dan satu kotak teh, voila, jadilah ramuan teh manis untuk dijual murah. 

Kalau memang air keran dan jerigen tidak dianggap sebagai masalah, maka perhatian kita akan turun ke siklamat. Penggunaan siklamat dalam waktu panjang sudah beken sebagai perusak ginjal. Ya mungkin kita sendiri tidak akan membeli secara terus menerus, karena tidak setiap hari juga ke Monas, tapi lebih baik kalau kita menghentikan praktik nakal ini.