Rabu, 08 Oktober 2014

Cara Membuat Benih Cabai Sendiri

Berikut adalah bagian dari seri Farming in Budget yang saya rilis. jika sebelumnya berkisah mengenai kelapa sawit, maka sekarang adalah tentang cabai.

1. Beli benih cabai unggul yang kita suka
Pilih varietas cabai komersial yang akan kita perbanyak. Secara umum, ada beberapa syarat yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam memilih varietas. Misalnya sebagai berikut:
- Varietas tersebut cocok ditanam di areal lahan kita, dalam hal ini, kondisi agroklimatnya sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman cabai.
- Varietas tersebut terbukti berpotensi produksi yang tinggi
- Varietas tersebut relatif tahan dengan gangguan biotik maupun abiotik. Gangguan biotik misalnya, hama dan penyakit, sedangkan gangguan abiotik misalnya, tanah pasir, curah hujan renadah, dll (gangguan abiotik relatif berkaitan dengan syarat pertama).
Benih cabai yang kita beli harus dipastikan merupakan cabai bersari bebas, bukan cabai hibrida. benih cabai hibrida sering ditulis dengan mencantumkan kode F1 di belakang nama varietas cabai yang tercantum di kemasan benih.

2. Tanam benih tersebut
Benih yang kita beli, ditanam dan dipelihara sebagaimana tanaman cabai biasa. Jika betul betul menginginkan hasil yang optimal, perlu dilakukan isolasi jarak dan waktu dengan pertanaman cabai lainnya supaya tidak terjadi perkawinan yang tidak diinginkan. Isolasi jarak adalah dengan menanam cabai kita terpisah dengan tanaman cabai lainnya dalam jarak tertentu, namun hal ini sukar dilakukan, karena meskipun pollen cabai tetangga tidak akan sampai di areal kita, namun serangga penyerbuk, misalnya lebah, tetap bisa membawa pollen cabai tetangga ke tempat kita. Sedangkan isolasi waktu adalah menanam cabai dengan tenggang waktu tertentu dengan areal tanaman cabai di sekitar kita. sehingga ketika cabai kita berbunga, maka tanaman tetangga sudah tidak memiliki bunga lagi, sehingga tidak bisa mencemari tanaman kita.

Pemeliharaan cabai yang dilakukan sebagaimana cabai biasa adalah dari segi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dll.

3. Pilih kandidat pohon yang akan dijadikan induk
Setelah tanaman cabai kita mulai berbuah, maka akan terlihat tanaman mana saja yang berbuah dengan rimbun, dengan buah yang bergantungan di tiap percabangannya. Kita bisa menyeleksi tanaman tersebut dan kemudian menandainya untuk kita jadikan calon pohon benih. Penyeleksian bisa dilakukan ketika buah masih hijau, dan kemudian diseleksi ulang ketika buahnya sudah mulai berwarna merah.

Penandaan pohon tersebut bisa dilakukan pada ajir tanaman cabai. Pohon yang terpilih, ajirnya kita tandai dengan bahan tertentu, misalnya plastik atau tali khusus dengan warna mencolok. Tujuannya adalah sehingga dari kejauhan kita bisa melihat bahwa tanaman yang ada pada ajir tersebut merupakan tanaman terpilih yang sudah kita seleksi.

Sambil menunggu panen, pohon pohon tersebut harus kita perhatikan dan jika perlu kita beri perlakuan ekstra, misalnya penyemprotan pestisida ditingkatkan, atau kita beri ekstra dopping pupuk agar buahnya semakin besar dan tidak mudah rontok.

4. Ambil buah masak, semakin awal buah semakin baik
Ketika buah berwarna merah, maka pemanenan buah untuk benih sudah bisa dilakukan. Buah yang akan kita jadikan untuk benih ada baiknya baru dipetik ketika sudah berwarna merah semuanya, namun jika keadaan memaksa, jika 75 % polong cabai sudah berwarna merah, maka sudah bisa dipetik untuk diekstraksi benihnya.

Buah yang akan digunakan untuk harus dipisah dalam kantong tersendiri supaya tidak tertukar atau tercampur dengan buah yang akan kita jual.

Pemanenan benih yang baik dilakukan pada buah buah awal yang ada di percabangan bagian bawah. Tujuannya adalah sebagai berikut:
-Buah yang ada di bagian bawah pohon, biasanya berukuran lebih besar dan panjang (untuk cabai besar dan cabai keriting, tetapi tidak berlaku pada cabai rawit). Buah yang besar menghasilkan benih dalam jumlah yang lebih banyak.
-Buah yang berasal dari percabangan bagian atas, biasanya sudah beresiko terkontaminasi oleh pollen dari pohon (atau yang lebih berbahaya, varietas) lains ehingga kemurniannya sudah tidak terjaga. Untuk hal kedua ini, mungkin tidak ebrlaku jika kita hanya menanam satu varietas cabai dalam satu hamparan, dan tanpa kontaminan dari areal sekitar kita.

5. Proses benih dari buah dan simpan hingga akan digunakan
Buah cabaiyang akan digunakan sebagai benih, sebaiknya segera diproses untuk diambil benihnya. Jika tidak bisa segera dikerjakan, maka buah cabai sebaiknya disimpan terlebih dahulu di kulkas agar tidak mudah rusak -atau terserang cendawan-.

Pemrosesan buah untuk benih terdiri dari beberapa cara. Namun yang menurut saya paling mudah, adalah cara yang diajarkan di lab saya dulu.
- Buah yang masih baik dan memenuhi syarat dibelah membujur, sehingag didapatkan dua potongan memanjang dengan ukuran yang hampir serupa
- Potongan buah dipegang dengan tangan kanan dengan menggunakan pinset, sementara tangan kiri menggunakan pinset lainnya, mengambil benih benih yang ada di potongan buah cabai.
- Ada baiknya tidak sama sekali menyentuh biji atau bahkan potongan buah karena bisa memberikan sensai hangat atau bahkan panas yang sukar hilang.
- Disarankan juga menggunakan sarung tangan karet jika terbiasa dan tidak menghalangi kegiatan operasional.

NOTES:
- Hindari buah yang terserang antraknosa
Antraknosa / pathek merupakan penyakit yang menyerang tanaman, paling jelas pada buah cabai. Penyakit ini menular melalui benih, sehingga buah yang terserang, bisa jadi bijinya sudah mengandung spora antraknosa yang bisa menularkan pada generasi berikutnya.
- Jangan gunakan pohon yang sudah menunjukkan gejala layu, virus, atau penyakit lainnya.
Pohon yang menunjukkan gejala serangan penyakit, menunjukkan bahwa pohon tersebut tidak tahan penyakit. Oleh karena itu, lebih baik tidak ditanam. Penyakit seperti virus, bahkan sistemik dan sudah pasti menular melalui benih.

Selasa, 07 Oktober 2014

Membuat Kecambah Kelapa Sawit Sendiri (part II)


Well, ini adalah lanjutan saya dari posting sebelumnya. Kalau pada posting saya sebelumnya fokus membahas bagaimana memilih pokok yang baik sebagai sumber benih, maka kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana memproses tandan kelapa sawit menjadi kecambah, for sure aka literally.

1. Pemilihan Tandan Dura
Alasan mengapa tandan dura, sudah saya jelaskan pada postingan saya sebelumnya. Untuk memproses benih, kita butuh bahan baku. dalam hal ini, tandan Dura. Ambil satu tandan dura dari pokok dura yang sudah kita tandai sebelumnya. Satu tandan dura bisa menghasilkan kecambah dalam jumlah yang cukup besar. Satu tandan dura dewasa bisa mengandung 2000 - 2500 berondolan, jika penyerbukannya baik, demikian juga pemeliharaannya sehari hari. Buah kelapa sawit bisa dikatakan masak (bukan matang) pada umur 150 hari setelah polinasi. Namun karena kita masih bermain main, kita bisa menggunakan tandan yang berondolannya sudah mulai berwarna merah (tandan panen seperti biasa, supaya memudahkan untuk mengambil tandan).

2. Perontokan Berondolan
Tandan yang sudah kita terima kemudian diperam supaya buahnya mudah memberondol. Cara memeramnya bisa dengan beberapa cara, tapi cara yang menurut saya paling mudah dan efisien adalah dengan mencincang tandan menjadi masing masing spikelet (tangkai tangkai buah, red.), untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung, atau ditutup dengan plastik, kain tebal, atau terpal sehingga suhunya terus hangat, atau cenderung panas. Setelah dua atau tiga malam, berondolan akan mudah dilepaskan. Berondolan yang sudah dipipil itu kemudian sudah bisa kita fermentasi.

3. Fermentasi Berondolan
Fermentasi berondolan bisa menggunakan dua methode, yaitu fermentasi basah dan fermentasi kering. Fermentasi basah adalah merendam berondolan secara keseluruhan dalam air selama 7-10 minggu, dengan catatan air rendaman diganti setiap hari. Sedangkan fermentasi kering adalah memeram berondolan dalam karung (supaya mudah dan praktis) selama 7 hari, tanpa air. Pada fermentasi basah, akan muncul bau busuk dan minyak yang berwarna kekuningan, sedangkan pada fermentasi kering, akan muncul kapang diantara berondolan.

4. Pengolahan Berondolan
Setelah selesai difermentasi, maka kegiatan berikutnya adalah membuang mesokarp (sabut kelapa sawit). Pembuangan sabut ini bisa dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan cara ditumbuk. Anda bisa menggunakan lumpang dan alu untuk menumbuknya, namun jika tidak ada, bisa menggunakan tank bekas pestisida. Tank ini sudah dicuci bersih dengan sabun sebelumnya sehingga sisa pestisidanya dipastikan sudah hilang. Tank ini kemudian dibuang sepertiga bagian atasnya dan voila, alat tumbuk sudah siap digunakan. Kalau ingin praktis bisa menggunakan ember sebagai alas tumbuk, namun pengalaman saya, mudah pecah apalagi untuk dura yang bijinya tebal tebal.

Biji yang sudah ditumbuk kemudian dicuci dengan air mengalir hingga sisa mesokarpnya hilang. Penumbukan tidak bisa dilakukan dengan sekali tumbuk karena masih ada sisa daging buah yang masih menempel, terlebih jika dilakukan fermentasi basah. Pada beberapa kali, penumbukan harus dilakukan hingga tiga kali agar sisa daging buah betul betul hilang. Jika daging buah masih menempel, maka saat pemrosesan berikutnya akan mudah tumbuh cendawan pada bagian luar biji.

5. Pematahan Dormansi Biji
Setelah biji betul betul bersih, maka bisa dikeringkan selama beberapa saat agar biji benar benar kering. Jika suhu panas (antara 30-33 oC), maka pengeringan biji bisa dilakukan selama 1 hari saja, namun jika cuaca sedang tidak terik, maka pengeringan bisa dilakukan lebih lama. Salah satu indikator biji sudah kering adalah warnanya sudah berubah menjadi lebih muda. Biji yang masih basah biasanya berwarna gelap (coklat-kehitaman), sedangkan biji yang sudah kering warnanya antara abu-abu kecoklatan.

Biji yang sudah kering bisa disimpan dalam kantong plastik atau ember untuk disimpan dalam tempat gelap yang panas (misalnya loteng rumah, atau ruangan dengan atap seng). Untuk membuat biji kelapa sawit mau berkecambah, teorinya, diperlukan pemanasan dengan suhu 39-40 oC selama 50, 60, atau bahkan 90 hari, tergantung produsen kecambah.

Pengalaman Saya, saya pernah memiliki biji kelapa sawit yang sudah bersih, kering, dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu hangat - panas selama beberapa waktu dan tidak diproses, tiba tiba, hampir seluruh biji yang ada di kantong tersebut mengeluarkan tunas. Mungkin suhu ruang yang hangat sudah cukup untuk mematahkan dormansinya.
Keterangan Gambar 2. Biji sawi yang berkecambah selama penyimpanan.

Sesekali, mungkin bisa tiap 2 minggu, jika penyimpanan biji dilakukan dengan kantong plastik, ada baiknya dilakukan aerasi dengan membuka kantong plastik dan menganginanginkannya selama sehari, sambil ditambahkan air dengan sprayer sedikit saja.

8. Re-Soaking Biji
Setelah biji selesai dipanaskan, biji direndam dalam air selama 7 hari, dengan air diganti setiap hari (sama seperti fermentasi berondolan), bedanya, karena disini bijinya sudah dalam kondisi bersih, maka tidak berbau busuk seperti saat perendaman berondolan.

7. Penyimpanan Benih
Hari ke-8, biji diangkat dan dikeringanginkan selama sehari (pagi-sore). Biji tidak perlu terlalu kering, bahkan biarkan saja kulit biji tidak berwarna gelap, asal sudah tidak ada air di permukaan kulit biji. Biji kemudian di masukkan ke dalam kantong platik, atau ember, untuk disimpan dalam ruangan gelap. Biji harus dijaga agar selalu lembab.

8. Pemilihan Kecambah
Mulai hari kesepuluh, biji sudah bisa mulai dipilih mana yang bertunas. Jika biji tersebut sudah mengeluarkan tunas, maka sudah bisa disisihkan untuk ditanam di pembibitan. Pemilihan berikutnya bisa dilakukan pada selang 7 hari. Pemilihan kecambah bisa dilakukan hingga ke 7 atau 10, setelah itu ada baiknya biji yang belum tumbuh dimusnahkan saja karena sudah tidak baik. Pengalaman saya, kecambah lebih banyak tumbuh hingga pemilihan kelima. Setlah itu jumlahnya sudah menurun dengan sangat drastis.



NOTES:
- Metode ini adalah metode yang sudah saya sederhanakan dibandingkan dengan pembuatan kecambah komersial, tanpa mengurangi esensi dan fungsi vital dari masing masing kegiatan.
-Dengan metode ini, daya berkecambah mungkin tidak bisa mencapai 80-90 %, tapi setidaknya bisa menghasilkan kecambah dengan jumlah yang terkontrol dengan ukuran yang seragam.