Sabtu, 21 Juni 2014

Membuat Kecambah Kelapa Sawit Sendiri (part I)

Keterangan Gambar 1. Ilustrasi kecambah sawit yang bisa kita produksi sendiri.


Keterangan Gambar 2. Perbandingan antara kecambah dari biji Dura (belakang) dan biji Tenera (depan)
Before I start to explain shits, I'm highly warning you that these methods are profitable unrecomended. Terms and conditions applied. :)
Kita tidak bisa menyangkat bahwa kelapa sawit merupakan komoditas sektor agrikultur dengan profit yang paling besar, mau skala apepun, kecil atau besar. Tanaman apa yang cukup sekali tanam bisa panen pada tahun ke 2.5 dan terus menerus dipanen dalam jumlah besar hingga tahun ke 25, atau bshkan 30?
Dalam budidaya kelapa sawit, banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. Benih, iklim, pupuk, hama penyakit, dan tetek bengek lainnya. Mari kita fokus ke benih kelapa sawit, karena hal ini yang akan saya bahas lebih lanjut.
Saat ini, jumlah produsen benih kelapa sawit di Indonesia ada sekitar 15 institusi, sebagian besar merupakan perusahaan swasta. Harga benih, dalam hal ini kecambah, kelapa sawit juga beragam, dari 6500, hingga 1.2 USD per buah, itu juga kalau belum mengalami peningkatan lagi. Dengan asumsi kebutuhan benih per hektar 200 kecambah, artinya paling tidak butuh 1.3 juta untuk kebutuhan benih per hektar. Tidak besar memang, tapi bagi petani dengan modal terbatas, sebetulnya bisa diakali agar biayanya bisa mendekati 0 rupiah, for sure!
Kelapa sawit dibagi menjadi 3 jenis, dura, tenera, dan pisifera. I'm not gonna explain those shits here, kalau mau tahu detailnya, silakan mencari di luar. Intinya, dura sebagai ibu, pisifera sebagai bapak, dan jika keduanya dikawinkan akan jadi tenera, yang akan ditanam skala luas di kebun. Idealnya, kita memang menanam tenera untuk kebun, tapi ya apa ada cara mendapatkan tenera dalam jumlah besar, dan gratis? jawabannya, if you're speaking illegally on its simplest way, big no!
salahnya masyarakat kita, sering menanam kentosan, yaitu anakan kelapa sawit yang ada di sekitar pohon dewasa yang tumbuh dari sisa biji yang jatuh, sebagai bibit. And that's the greates mistake! kelapa sawit yang banyak ditanam di perkebunan adalah tenera. Dan jika anda menggunakan anakan dari tenera tersebut, maka hasilnya bukan 100 % tenera lagi, tapi menjadi 25 % dura, 50 % tenera, dan 25 % pisifera. 25 % pisifera ini yang akan menjadi masalah. Karena karakter pisifera adalah sebagai berikut, tandan betina kebanyakan akan abortus, alias rontok sebelum matang, artinya, tidak ada tandan yang bisa dipanen dan dijual. Anda mau menanam seperempat pohon yang sudah pasti tidak bisa menghasilkan? kalau saya sih ogah. Dan parahnya, sistem menanam kentosan sebagai bibitan ini sudah banyak menyebar dan dipraktekkan oleh pekebun masyarakat, bahkan sudah ada istilahnya, yaitu benih mariles (marihat lelesan). *Marihat adalah nama lama dari PPKS
Jadi, bagaimana cara mendapatkan benih gratis dengan kualitas yang tidak jelek jelek amat? Coba datang dan cari informasi dari perkebunan di sekitar anda. Apakah ada kontaminasi dura di kebunnya? kalau tidak, tanyai pemanen yang bekerja disana, tandan dura itu biasanya besar dan berat, dibandingkan dengan tandan tenera pada umur yang sama. Jika ada, maka segeralah kesana, kunjungi blok dengan kontaminasi dura dengan membawa parang untuk membelah brondolannya. Cek tiap brondolan, lalu tandai pokok yang ketika buahnya dibelah, terlihat ada cangkang yang tebaa. Ya, itu dura. Pokok yang akan menjadi sumber benih kita.
Pertanyaannya, kenapa dura? apa bagusnya dura jika dibandingkan dengan tenera jika dijadikan induk ilegal? Singkatnya begini. Kalau anda menggunakan benih dari tenera, dan asumsinya disekitarnya adalah tenera semua, maka rasio anaknya akan menjadi 1/4 dura, 2/4 tenera, dan 1/4 pisifera yang tidak bida dipanen buahnya. Jika anda menggunakan benih dari dura dan disekitarnya adalah tenera semua, maka rasio seluruh anaknya akan menjadi 1/2 dura dan 1/2 tenera. Namun jika anda menggunakan benih dari dura, dan disekitarnya adalah dura semua, maka benihnya akan menjadi 100 % dura, pokok dengan tandan berat dan besar. Itu yang petani mau bukan? resikonya, pabrik bisa menolak dura, karena minyaknya sedikit. Antisipasinya, jangan menjual buah dura dari kebun anda langsung ke pabrik, tapi lebih baik lewat pengepul. Dan yang perlu diingat, ada kelemahan lain dari dura, jumlah tandan per tahun tidak sebanyak tenera.
Jadi, mau menggunakan bibit yang mana? Paling baik beli kecambah komersil dari produsen benih. Tapi jika harus memungut dari blok, pastikan benih yang anda ambil berasal dari pokok dura.

Post ini berisi tentang pemilihan induk sebagai sumber biji yang akan kita jadikan kecambah. untuk pembuatan kecambah, literally, silakan baca post berikut: here

Genetics for dummies

Pernah mendapat ilmu genetika di bangku sekolah? hukum mendel adalah ilmu paling fundamental sebagai dasar ilmu genetika. Pentingnya genetika, adalah bisa menjadi Sistem Periodic Unit dalam ilmu biologi. Tanpa genetika, biologi hanyalah kumpulan hafalan mati yang tidak terkoneksi. *Kalau boleh menyadur narasumber bbc discovery program*

Coba lihat kalian dan saudara kalian, ada yang mirip bapak, ada yang mirip ibu, ada yang mirip keduanya, ada juga yang malah gak mirip sama sekali dengan keduanya (nah lho?). Kenapa bisa begitu hayoh? Ada peran genetika dalam penentuan tersebut, akan mirip siapakah kita. Kalau mirip bapak, berarti pengaruh bapak lebih kuat (dominan bapak), kalau mirip ibu, berarti pengaruh ibu lebih kuat (dominan ibu). kalau perpaduan keduanya, misalnya hidung, mata, mirip ibu, rambut, warna kulit mirip bapak, maka pengaruh bapak dan ibu sama kuat (intermediate). 

Let see kita punya bunga berwarna merah dan berwarna putih, dan kita kawinkan. Maka warna keturunannya akan ada tiga kemungkinan, yaitu merah, putih, atau merah jambu. Kalau anaknya merah, berarti induk merah dominan, induk putih resesif. Kalau anaknyanwarnanya putih, berarti induk putih dominan, induk merah resesif. Dan kalau anaknya pink, berarti kedua induk intermediate, artinya pengaruh gen kedua induk sama kuat. Kasus sederhananya seperti itu.

Uniknya, selalu ada nisbah yang hampir selalu tepat berdasarkan teori tersebut. Kalau salah satu induk dominan, maka penampakan anak akan selalu memiliki rasio 3:1. 3/4 Bagian mirip induk dominan, dan 1/4 bagian akan mirip dengan indum resesif. Kalau kedua induk intermediate, maka rasio anaknya akan 1:2:1, dengan 1 mirip induk 1, 2 bagian merupakan perpaduan kedua induk, dan 1 bagian lagi mirip dengan induk 2. Sekali lagi, ini kasus sederhananya.

Rasio ini, hanya jika kita bereksperimen dengan satu sifat beda, misalnya warna saja, atau bentuk saja, atau tekstur saja, dst. Jika kita memadukan warna dengan bentuk, misalnya, maka rasionya akan berubah, bukan 3:1 untuk kasus dominansi, tetapi berubah menjadi 9:3:3:1, misalnya. Pembahasannya akan saya tulis di lain waktu.

Rabu, 18 Juni 2014

Momma's old tips to get rid your scaries off

All of us ever have our childhood for sure. Jaman kecil memang jaman lucu lucunya. Jaman kita masih polos setengah naif dan bandel setengah penakut. Namanya juga anak kecil, pasti ada rasa takut, for too many things! Takut gelap, takut lewat kuburan, takut anjing, takut sama bapak yang galaknya minta anpun, dan banyak hal remeh temeh lainnya. Bukan berarti sekarang begitu kita dewasa trus serta merta kita bisa gak takut dan melawan secara fisik (mencoba menafsirkan melawan ketakutan secara sempit, hahaha), tapi banyak hal yang kita takutkan ketika dewasa memiliki penjelasan rasional di dalamnya.
Deket rumah gue yang dulu (rumah pertama keluarga gue), ada sebuah pemakaman keluarga yang sudah tidak digunakan lagi. Struktur gapuranya menunjukkan pemiliknya adalah pengagum arsitektur hindu bali. Posisinya agak ke dalam, bamun bisa terlihat dari jalan melalui celah antara dua rumah tetangga gue. Dan konyolnya gue, hingga gue SD, selalu scared as fuck setiap melintasi jalan itu setiap malam, padahal banyak rumah tetangga. Bahkan gue selalu mensugesti diri gue untuk tidak menoleh ke arah gang yang bisa terlihat lokasi kuburan itu.
Sebagai anak terakhir, gue sering dijadikan pesuruh ke warung, yang beli obat nyamuk lah, yang beli kerupuk lah, gula, atau minyak tanah (jaman gue sd elpiji masih belum disubsidi, cuma punya orang tajir). Gue selalu ogah ogahan setiap disuruh emak ke warung kalau sudah malam. Dan selidik punya selidik, ketahuan kalau gue takut lewat kuburan, padahal kuburan itu berjarak 30 m dari pinggir jalan di perkampungan padat penduduk. Kalaupun setannya keluar, udah ditimpuki duluan sama tetangga gue yang rumahnya sebelahan.
Akhirnya emak gue mengajarkan jurus sakti menangkal takut. Kalau gue merasa takut, whatever the trigger it is, gue diminta untuk memegang titit gue. Kalau memang jumlahnya masih lengkap, satu batang dan dua butir, maka gue gak perlu takut. Nothing to be scared if you're still manly enough, at least physically.
Beberapa waktu ini entah kenapa gue teringat tips itu, sehingga gue selalu memegang titit gue ketika merasa uneasy. Hanya saja ada satu perbedaannya, titit gue terasa much bigger compared those time. Hahaha