Selasa, 07 Oktober 2014

Membuat Kecambah Kelapa Sawit Sendiri (part II)


Well, ini adalah lanjutan saya dari posting sebelumnya. Kalau pada posting saya sebelumnya fokus membahas bagaimana memilih pokok yang baik sebagai sumber benih, maka kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana memproses tandan kelapa sawit menjadi kecambah, for sure aka literally.

1. Pemilihan Tandan Dura
Alasan mengapa tandan dura, sudah saya jelaskan pada postingan saya sebelumnya. Untuk memproses benih, kita butuh bahan baku. dalam hal ini, tandan Dura. Ambil satu tandan dura dari pokok dura yang sudah kita tandai sebelumnya. Satu tandan dura bisa menghasilkan kecambah dalam jumlah yang cukup besar. Satu tandan dura dewasa bisa mengandung 2000 - 2500 berondolan, jika penyerbukannya baik, demikian juga pemeliharaannya sehari hari. Buah kelapa sawit bisa dikatakan masak (bukan matang) pada umur 150 hari setelah polinasi. Namun karena kita masih bermain main, kita bisa menggunakan tandan yang berondolannya sudah mulai berwarna merah (tandan panen seperti biasa, supaya memudahkan untuk mengambil tandan).

2. Perontokan Berondolan
Tandan yang sudah kita terima kemudian diperam supaya buahnya mudah memberondol. Cara memeramnya bisa dengan beberapa cara, tapi cara yang menurut saya paling mudah dan efisien adalah dengan mencincang tandan menjadi masing masing spikelet (tangkai tangkai buah, red.), untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung, atau ditutup dengan plastik, kain tebal, atau terpal sehingga suhunya terus hangat, atau cenderung panas. Setelah dua atau tiga malam, berondolan akan mudah dilepaskan. Berondolan yang sudah dipipil itu kemudian sudah bisa kita fermentasi.

3. Fermentasi Berondolan
Fermentasi berondolan bisa menggunakan dua methode, yaitu fermentasi basah dan fermentasi kering. Fermentasi basah adalah merendam berondolan secara keseluruhan dalam air selama 7-10 minggu, dengan catatan air rendaman diganti setiap hari. Sedangkan fermentasi kering adalah memeram berondolan dalam karung (supaya mudah dan praktis) selama 7 hari, tanpa air. Pada fermentasi basah, akan muncul bau busuk dan minyak yang berwarna kekuningan, sedangkan pada fermentasi kering, akan muncul kapang diantara berondolan.

4. Pengolahan Berondolan
Setelah selesai difermentasi, maka kegiatan berikutnya adalah membuang mesokarp (sabut kelapa sawit). Pembuangan sabut ini bisa dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan cara ditumbuk. Anda bisa menggunakan lumpang dan alu untuk menumbuknya, namun jika tidak ada, bisa menggunakan tank bekas pestisida. Tank ini sudah dicuci bersih dengan sabun sebelumnya sehingga sisa pestisidanya dipastikan sudah hilang. Tank ini kemudian dibuang sepertiga bagian atasnya dan voila, alat tumbuk sudah siap digunakan. Kalau ingin praktis bisa menggunakan ember sebagai alas tumbuk, namun pengalaman saya, mudah pecah apalagi untuk dura yang bijinya tebal tebal.

Biji yang sudah ditumbuk kemudian dicuci dengan air mengalir hingga sisa mesokarpnya hilang. Penumbukan tidak bisa dilakukan dengan sekali tumbuk karena masih ada sisa daging buah yang masih menempel, terlebih jika dilakukan fermentasi basah. Pada beberapa kali, penumbukan harus dilakukan hingga tiga kali agar sisa daging buah betul betul hilang. Jika daging buah masih menempel, maka saat pemrosesan berikutnya akan mudah tumbuh cendawan pada bagian luar biji.

5. Pematahan Dormansi Biji
Setelah biji betul betul bersih, maka bisa dikeringkan selama beberapa saat agar biji benar benar kering. Jika suhu panas (antara 30-33 oC), maka pengeringan biji bisa dilakukan selama 1 hari saja, namun jika cuaca sedang tidak terik, maka pengeringan bisa dilakukan lebih lama. Salah satu indikator biji sudah kering adalah warnanya sudah berubah menjadi lebih muda. Biji yang masih basah biasanya berwarna gelap (coklat-kehitaman), sedangkan biji yang sudah kering warnanya antara abu-abu kecoklatan.

Biji yang sudah kering bisa disimpan dalam kantong plastik atau ember untuk disimpan dalam tempat gelap yang panas (misalnya loteng rumah, atau ruangan dengan atap seng). Untuk membuat biji kelapa sawit mau berkecambah, teorinya, diperlukan pemanasan dengan suhu 39-40 oC selama 50, 60, atau bahkan 90 hari, tergantung produsen kecambah.

Pengalaman Saya, saya pernah memiliki biji kelapa sawit yang sudah bersih, kering, dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu hangat - panas selama beberapa waktu dan tidak diproses, tiba tiba, hampir seluruh biji yang ada di kantong tersebut mengeluarkan tunas. Mungkin suhu ruang yang hangat sudah cukup untuk mematahkan dormansinya.
Keterangan Gambar 2. Biji sawi yang berkecambah selama penyimpanan.

Sesekali, mungkin bisa tiap 2 minggu, jika penyimpanan biji dilakukan dengan kantong plastik, ada baiknya dilakukan aerasi dengan membuka kantong plastik dan menganginanginkannya selama sehari, sambil ditambahkan air dengan sprayer sedikit saja.

8. Re-Soaking Biji
Setelah biji selesai dipanaskan, biji direndam dalam air selama 7 hari, dengan air diganti setiap hari (sama seperti fermentasi berondolan), bedanya, karena disini bijinya sudah dalam kondisi bersih, maka tidak berbau busuk seperti saat perendaman berondolan.

7. Penyimpanan Benih
Hari ke-8, biji diangkat dan dikeringanginkan selama sehari (pagi-sore). Biji tidak perlu terlalu kering, bahkan biarkan saja kulit biji tidak berwarna gelap, asal sudah tidak ada air di permukaan kulit biji. Biji kemudian di masukkan ke dalam kantong platik, atau ember, untuk disimpan dalam ruangan gelap. Biji harus dijaga agar selalu lembab.

8. Pemilihan Kecambah
Mulai hari kesepuluh, biji sudah bisa mulai dipilih mana yang bertunas. Jika biji tersebut sudah mengeluarkan tunas, maka sudah bisa disisihkan untuk ditanam di pembibitan. Pemilihan berikutnya bisa dilakukan pada selang 7 hari. Pemilihan kecambah bisa dilakukan hingga ke 7 atau 10, setelah itu ada baiknya biji yang belum tumbuh dimusnahkan saja karena sudah tidak baik. Pengalaman saya, kecambah lebih banyak tumbuh hingga pemilihan kelima. Setlah itu jumlahnya sudah menurun dengan sangat drastis.



NOTES:
- Metode ini adalah metode yang sudah saya sederhanakan dibandingkan dengan pembuatan kecambah komersial, tanpa mengurangi esensi dan fungsi vital dari masing masing kegiatan.
-Dengan metode ini, daya berkecambah mungkin tidak bisa mencapai 80-90 %, tapi setidaknya bisa menghasilkan kecambah dengan jumlah yang terkontrol dengan ukuran yang seragam.

1 komentar: