Minggu, 14 Oktober 2012

situs wisata sejarah ciareuteun

 buat kalian yang pernah SD atau SMP, pasti pernah denger prasati ciareuteun. sebenarnya prasasti ciareuteun, atau beberapa menyebutnya sebagai prasasti batu tulis -resemble with the similar name in batu tulis yang berlokasi depan istana batu tulis Bogor-.

supaya lebih gampang, mari menyebut kawasan ini sebagai situs ciaruteun -ternyata namanya begitu, bukan ciareuteun-. berlokasi di daerah ciaruteun, cibungbulang, kawasan ini memiliki 3 situs purbakala, terdiri atas dua prasasti dan satu situs purba non-tulis. prasasti yang ada disini adalah prasasti kebon kopi dan prasasti batu tulis, sedangkan situs purba non-tulis adalah batu dakon.

1. Prasasti kebon Kopi

gue sediri gak ngerti kenapa disebut kebon kopi, mungkin nama desanya kebon kopi (might be?). berlokasi persis di pinggir jalan, dengan bentuk bangunan yang eye-catching sekali, maka dijamin bisa menemukannya tanpa kesulitan. cukup bagus sebetulnya, dilengkapi dengan areal parkir dan gazebo untuk menaungi prasasti yang ada, namun sayangnya, sepi. taka ada pengunjung, apa lagi juru kunci keika saya datang kesana. ketika bertanya dengan penduduk sekitar, sebenarnya ada juru kunci yang menjaga situs ini, tapi menurut saya juga tak harus lah. lokasinya kecil (ukuran bangunan sekitar 4 m x 4 m), dan hanya dipagar setengah badan tanpa kunci gembok, kita bisa melongok dari luar, atau masuk untuk melihat lebih jelas.

seperti yang sudah banyak diulas di buku sejarah, prasasti ini mencolok karena adanya bekas tapak gajah airawata yang ada di atasnya. batunya sih tidak terlalu besar, dengan ukuran antara 60 cm x 80 cm, tergolek begitu saja. sudah cukup mengamati bentuk nyata prasasti yang hanya gue tahu dari buku itu, beranjak ke prasasti kedua.



oh iya, buat yang masih kesasar kalau kesini, tanya saja ke penduduk lokal, lagipula lokasinya pas disamping SD, jadi mudah ditemukan

2. Prasasti batu tulis - ciaruteun

inilah masterpiece disini. batu dengan berat entah sekian ton yang katanya penuh drama hingga dipindahkan kesini.

pertama ditemukan di sungai, batu ini langsung mendapat perhatian untuk penempatan ulang. sayangnya, lokasi penemuannya di dasar sungai yang kanan kirinya berupa tebinmg membuat pemindahannya menjadi masalah. dengan tenaga 8 orang laki laki dewasa bekerja selama full day, katanya hanya naik 50 cm per hari, wow! (kalo gak salah sih data tersebut). ukurannya memang subhanallah, bisa lah dilihat di foto, bandingkan dengan tinggi badan saya yang saat itu masih sekitaran 172 cm.

berasal dari satu generasi -kan memang warisan taruma negara, yang konon kerajaan pertama di Indonesia-, tulisannya juga masih belum abjad A B C D, tapi dengan aksara Pallawa. lokasinya juga tidak mudah, karena masih masuk gang yang agak susah. kira kira 50 m dari prasasti kebon kopi, sebelah kanan jalan (dari arah ciampea) akan terlihat papan pemandu jalan, turun dan kira kira 150 m melewati pemukiman penduduk, anda akan masuk ke suatu situs khusus yang sangat merinding. pas di pinggir sungai, dikelilingin pohon tuinggi, dan suepi pol. suasananya merinding disko semi mencekam. bangunanya jauh lebih luas dibandingkan dengan situs prasasti kebon kopi. gelap dan lembab + dingin pula




tak lama setelah memasuki situs, muncullah juru kunci situs ini (jeng jeng jeng), sebenernya males juga sih, toh gue gak pengen denger dongengnya. setelah beliau bercerita dengan gaya hafalan yang sangat mulai dari masuknya raja pertama dan mendirikan kerajaan, hingga prasasti ini diangkat, gue mendengarkan dengan setengah hati. in the end, setelah beres dan mintain dia foto, gue kasih deh uang terima kasih. err.... *ini yang sebenernya bikin males*

3. Situs batu dakon

done, gue pikir. ternyata masih ada situs ketiga yang gue juga baru tahu. situs sejarah non tulis, karena memang lebih mirip monumen. terlihat bekas sentuhan peradaban manusia, tapi tidak ada keterangan tertulis, sehingga hanya bisa mereka reka fungsi dan tujuan pembangunan situs ini. kira kira 300 meter setelah gang prasasti batu tulis, sebelah kiri jalan, masuk 50 meter, ada bangunan kecil berwarna putih, tanpa pagar dan keterangan apapun, hanya terlihat susunan batu yang dikelilingi lantai dari semen yang sudah diaci.

disebut batu dakon karena memang ada lubang lubang seperti tempat menaruh biji dakon dalam papan dakon. sayangnya, dalam batu dakon ini tidak ada keterangan aapun, jadi hanya bisa mereka reka penggunaan batu ini. penyebutan dakon bukan ke arah penggunaannya bermain dakon, tetapi karena cekungan cekungan halus yang ada di permukaan batu ini. susunan lubang yang ada juga relatif berantakan (acak) sehingga tidak mirip dengan papan dakon.



ketiga situs ini memiliki kesamaan, sama sama berada di tengah perkampungan warga. dan jika kalian pernah ke museum sejarah jakarta -better known as museum fatahillah, refers to its location in fatahillah square- pasti pernah melihat replika prasasti kebon kopi dan batu tulis. karena namanya replika, maka bentuk dan model sama, tapi ukuran tidak boleh sama -penjelasan guide museum sejarah jakarta-. prasasti kebon kopi yang ada disini berukuran lebih besar dibandingkan dengan aslinya, sedangkan untuk batu tulis sedikit lebih kecil.

kalau kalian tertarik ke situs ciaruteun, lokasinya agak gampang gampang susah, dari ciampea terus aja lurus mengikuti jalanan. sepanjang ajalan juga ada papan penunjuk arah yang mengingatkan kemana anda pergi. jalannya tapi agak lumayan ternyata. ketika saya pergi ke sana, sepanjang jalan ke cibungbulang masih mulus, tapi ketika mulai masuk kompleks situs, wow! becek berlubang dan bercampur tanah. apalagi gerbang situs dipasang jaug sebelum memasuki ketiga situs itu. masih masuk sekitar 2 kilometer dengan jalan rusak dan menanjak dengan sepeda angin cukup melelahkan rupanya.


tapi jangan salah, udaranya masih segar khas kabupaten bogor. jadi tak ada salahnya kesana kan. toh katanya bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung sejarahnya. :))

1 komentar: