Jumat, 19 Juni 2015

7 hal mengenai teraweh yang perlu diantisipasi oleh jamaah musiman

Sholat teraweh memang ibadah yang sangat seremonial. Trademark Bulan Ramadhan yang sangat ditunggu tunggu. Tapi ada beberapa hal sepele yang perlu diantisipasi oleh jamaah musiman, apa saja itu? Berikut 7 hal yang perlu dihindari versi whiteheaded-spot

1. 23 rakaat
11 atau 23 Mas? Pertanyaan yang common bagi jamaah mesjid musiman. Kalau jawabannya 11, pasti penanya akan tersenyum sumringah. Tapi kalau jawabannya 23, opsinya sih biasanya antara nafas dalam dan terdengar berat, atau malah putar balik meninggalkan masjid. Lol
Sebenarnya selain 11 dan 23, ada lagi yang saya sebut sebagai tim 8. Soalnya kelakuannya kabur setelah rakaat kedelapan. Ini mungkin jamaan musiman paling musiman, alias serba nanggung saat beribadah.

2. Imam berumur.
Kalau yang ini implikasinya agak banyak dan cukup kompleks. Dari gerakan yang kurang gesit atau baca suratnya pelan (dari segi speed atau volume). Overall, teraweh jadi lama dan gak beres beres. Kan jamaahnya masih pada laper karena baru minum es sama jajan gorengan. Hahaha

3. Ada tausyiah
Ini juga agak gengges. Padahal mulia lho, tapi pasti dihindari sama jamaah mesjid yang sifatnya musiman. Seperti tadi ketika sebelum teraweh diumumkan akan ada tausyiah sebelum witir, jamaah akhwat (yang kebanyakan ibu ibu) mengeluh dan serempak berkata 'yaaahhhh...'. Tapi ibu ibu itu hanya berani sepik. Ketika rakaat ke delapan usai, gak satupun yang berani angkat kaki untuk menonton 7 manusia harimau season ramadhan. 

4. Jamaah berumur
Yang ini gak kalah tricky. Soalnya susah menebak secara akurat berapa jumlah jamaah senior di dalam masjid. Meskipun secara agregat mereka kalah jumlah, tapi jika mereka punya kedekatan personal dengan imam, bisa jadi imam akan ikut menurunkan speed membacanya lafal sholat.

5. Ruangan terlalu nyaman -karpet tebal nan empuk, ruangan dengan pencahayaan temaram, dan suhu bersahabat dengan tengkuk-
Ruangan nyaman memang ideal, tapi untuk teraweh, menurut penulis sifatnya eksepsional. Jamaah musiman pada umumnya melakukan ibadah ala kadarnya. Implikasinya, begitu adzan maghrib makannya sudah ngalah ngalahin Ed Stafford ketika selesai shooting acara 'Marooned'. Maka tak heran kalau sampai ketika teraweh mendapatkan ruangan super comfy, pada rakaat ketiga sudah mulai sempoyongan, atau malah sudah ambruk?

6. Sendal buluk
Mimpi buruk setiap ke masjid. Sendal jepit baru dan mengkilap akan tertukar dengan sepasang sendal buluk. Yang antara alasnya sudah dekil, mengelupas, japitannya sudah nyaris terbelah, atau malah sudah pernah putus, kemudian dipasangi dengan peniti atau paku. Misteri bagaimana mereka bisa tertukar, agaknya itu adalah misteri besar alam semesta. Misteri yang sama besarnya dengan siapa pembunuh JF Kennedy.

7. Malam Pertama.
Ini yang sering bikin galau galau gak jelas. Malam pertama teraweh bisa dijamin kalau mesjid akan penuh, atau malah akan luber luber. Tidak berangkat teraweh, gak mainstream, atau malah gak bisa dikatain anak kekinian. Tapi kalau berangkat, kemungkinan sudah di barisan paling belakang, dekat tempat wudhu. Solusinya bisa dengan berangkat lebih awal, tapi ya apa bakal ikhlas? Phineas and Ferb masih belum abis, begitu juga Masterchef US season 6 (walaupun re run). 

Kamis, 18 Juni 2015

Sepit dan Kerupuk Ikan


We do love travel, fcuk yeah!!! terlepas dari idioms yang berkata 'The world is a book and those whatsoever,' travelling memang sudah menjadi lifestyle. Kalau buat kebanyakan orang travelling itu sebagai lifestyle yang bersifat entertainment, buat gue travelling itu bagian dari perjalanan dinas yang menjemukan *eh.




Minggu lalu gue ke Sumatera Selatan. Bukan kali pertama ke daerah itu, tetapi biasanya memang kita naiknya lewat jalur darat. Kali ini lewat sungai, merasakan satu satunya metode transportasi yang belum pernah gue coba, kapal kecil. *sebetulnya sudah pernah sih, ketika naik kapal nyeberang ke pulau pari, tapi rasanya beda, karena ini hanya speed boat kayu yang isinya tak sampai 30 orang*. Hal yang paling saya suka, adalah banyaknya kelapa di perkampungan yang masih bagus, di daerah saya, kelapa sudah habis terkena serangan Orcytes ToT






Jam setengah lima pagi kami sudah siap, menunggu sepit -dan juga mobil yang akan mengantar-. Perjalanan dari lokasi ke Palembang makan waktu 3-4 jam, tergantung amal dan perbuatan. Lamanya waktu perjalanan dan minimnya pertimbangan kenyamanan, membuat saya terpaksa memungut beberapa buah batu untuk disimpan teman saya, karena dia sedang sakit perut. Lama pasti perjalanan tergantung seberapa sering sepit transit, karena kita memang naik sepit umum, ya harus agak bersabar.





















Dari sungai yang hanya selebar 20 meter, ukurannya berubah tergantung lokasi. bisa ke lebar, atau sangat lebar. Tiadanya alat penyelamatan hanya membuat kita berharap bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi, karena biasanya jika ada kapal karam, yasudah ikhlaskan saja, SAR saja tidak ada. hehehe

Sampai palembang agak siang, kami masih sempat mencari langsung ke sentra produksi kerupuk ikan yang beken di sana -selain pempek-. Pencarian kerupuk ikan dengan pertimbangan bahwa sudah akan masuk musim puasa -walaupun tidak ada hubungannya juga sih). Saat memilah milah kerupuk, harganya sangat berbeda dengan di toko souvenir besar, misalnya C*NDY. Satu kantong plastik besar di produsen yang saya beli dengan harga 12 ribu, teryata untuk item yang hampir serupa (tentu dengan merk yang berbeda), harganya 23 ribu di toko oleh oleh. wew.

Hal yang agak khas di daerah produsen kerupuk ini, adalah hampir semua pembuat kerupuk merupakan etnis tionghoa. Jadi ya jangan kaget kalau banyak aroma Tionghoa disini. Dari peletakan cermin di atas pintu rumah, tempat dupa yang tergantung di teras, atau kertas/kain bermotif stempel yang biasa dilihat di film Mandarin. Rumah persembahyangan juga mudah dijumpai di beberapa gang/jalan.

Membeli kerupuk seperti ini memang sangat murah kalau membeli langsung di produsennya, harganya berbeda jauh, ditambah kualitas yang bisa dikatakan hampir sama. Hanya saja harus ekstra hati hati dan sabar karena lokasinya masuk masuk gang kecil. Pengalaman saya, membeli kerupuk kadang membuat malas karena saat membawanya. Volume terlalu besar untuk amsuk ke kabin, terlalu rapuh untuk masuk bagasi. Tetapi ternyata kru maskapai menyediakan akomodasi khusus untuk kerupuk. Mereka berjanji akan handle krupuk di bagasi dengan berhati hati, jadi no worries, ayo beli kerupuk ikan. hehehe






Rabu, 17 Juni 2015

Take it or leave it, dude

Loong time didn't post anything already. Kerjaan lagi banyak kak, gaji masih belum naik naik aje *emot nangis disini*

Gak kerasa gue udah tiga tahun lebih kerja di kantor gue yang sekarang. Artinya memang masa masa manisnya kerja sudah terlewat. Yang kini sedang banyak mampir adalah masa masa jenuh dan goyang. Waktu pindah dan goyang sudah agak sering menggoda pikiran. Tapi kita harus selalu ingat, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dibandingkan dengan rumput kita sendiri. Masalahnya, they're always fertilized with bull shit. XD

Namanya kerja, gue tahu gak semua tempat kerja itu asik. Tiap tempat kerja pasti punya plus dan minus masing masing. Gue sendiri tahu dan sadar betul, untuk beberapa aspek, tempat kerja gue ada sisi yang agak 'meh', walaupun gue sendiri buktinya masih betah. Lol. Karena gue bekerja di kantor pusat, sisi individualis masing masing employee memang sangat terasa. Sisi yang selama ini gue anggap sebagai poin minus, ternyata punya sisi plus nya sendiri. Tak banyak rumor atau isi negatif yang berkembang di antara employee. Saat berkunjung ke unit, baru semua hal negatif itu terasa. Staff maupun karyawan, pria atau wanita, sama aja, semuanya tukang rumpi. Gosip maupun rumor menyebar dengan sangat cepat mengalahkan bau rebusan tandan yang sedang diproses.

Saat kunjungan terakhir ke unit, gue kembali bertemu dengan staff kebun. Dari awal memang sudah tidak begitu respek dengan dia. Kalau disebut malas, memang iya, bisa jadi, malah sudah jengah dengan kelakuannya. Terkenal sebagai lelaki penyebar rumor, walaupun gue gak pernah terlibat langsung, lama lama membuat gue malas.

Anggaplah si itu kita sebut sebagai Fulan. Si Fulan ini sering sekali tertangkap membicarakan orang lain. Mulai dari project gue di keun, atasan gue di kebun, dan entah tetek bengek lainnya. Gue sendiri gak terlalu paham dengan masalah dia. Rumor yang beredar, dia sempat bekerja 'induk' kantor gue, trus kecewa dengan kantor yang sekarang, lalu menumpahkan kekecewaannya dengan menyebar omongan buruk. Entah apa tujuannya, secara langsung yang gue tangkap, dia seperti merusak citra kantor, tapi efek tidak langsungnya adalah mengikis loyalisme karyawan dan staff ke kantor. Mungkin dia belum puas hingga seluruh karyawan yang ada di lingkungannya meninggalkan kantor ini, kemudian kantor menjadi runtuh karena tidak ada karyawan yang mau bekerja. meh

Gaes, sebenarnya, kalau menurut pemikiran gue, apa sih untungnya menjelekkan citra orang, institusi, atau what soever? Gue sendiri bukan menjelekkan si Fulan, hanya menjadikan dia contoh yang sangat tepat. Kalau memang tidak suka, kecewa, atau merasa di PHP dengan kantor, atau malah pasangan, yaudah, tinggalin. Take it or leave it. gue sendiri paling tidak suka dengan orang yang sering mengeluh tentang ini itu, tapi tidak melakukan apapun tentang si ini dan itu. Semakin sering mengeluh tentang kondisi kalian saat ini, itu membuktikan kalau kalian tidak bisa melakukan apa apa untuk merubahnya, so just take it already. Kalau kamu memang bijak, powerful, smart, or whatsobeneficialever trait, yasudah, resign, keluar, cari kantor lain yang menurut kalian ideal -dan mau mempekerjakan kalian-.

Kalau memang kalian sudah berusaha mencari yang baru, tapi belum berhasil, seperti kasus si Fulan, yasudah, lebih baik duduk manis dan berdizikir, instropkesi diri, atau menunggu keajaiban

Jumat, 15 Mei 2015

Es Teh berbahaya di Monas

Jujur saya semakin ragu untuk jajan di luar setelah melihat tayangan reportase invetigasi di TV swasta kita. Walaupun di akhir acara ada profil penjual jujur yang disorot, otak kita sudah terbiasa untuk lebih mudah menerima sugesti negatif dari luar (yaitu jangan jajan diluar). Saya pikir reportase investigasi sudah sukses membuat kita makan dirumah, gerakan mulia sih. Hahaha

Kalau pernah wisata ke Jakarta, maka harusnya juga pernah ke Monas (entahlah, Monas sepertinya destinasi wajib bagi masyarakat daerah yang berkunjung ke Jakarta). Di Monas, banyak sekali bertebaran pedagang keliling yang selain tidak rapi, juga jelas jelas jorok karena selalu meninggalkan bekas sampah. Belum lagi, sudah menjadi rumor umum kalau penjual di Monas seringkali tidak jujur dalam menentukan harga makanan dan minumannya. Tapi bukan itu yang sedang saya sorot, tetapi minumannya yang sudah sehat.

Mengenai makanan, saya tidak yakin mengenai kesehatannya, tetapi untuk minuman, khususnya es teh, saya sudah menyaksikan sendiri praktik nakalnya, sehingga saya juga berani untuk menulisnya disini. Pertama, harga es teh kemasan cup di Monas sangat murah, hanya 3000. Bandingkan dengan harga air mineral merk paling beken se Indonesia yang 6000 per botol. Harga gula saja tidak pernah kurang dari 10.000 per kilo, mana mungkin bisa dapat harga seperti itu?

Dulu saya pernah melihat di Kaskus dimana praktik nakalnya adalah menggunakan es batu balok untuk pendingin. Walaupun itu juga bisa dikatakan tidak baik, praktek yang saya gunakan juga tidak kalah ngeri. 

Air yang digunakan, bukanlah air galon yang memang diperuntukkan untuk konsumsi manusia. Pagi pagi sekali, biasanya pedagang akan berbondong bondong ke stasiun Gambir untuk mengambil air dari keran (mungkin) toilet. Air toilet itu kemudian direbus secara berjamaah di pinggir pagar, kemudian dibagi kepada siapa yang membutuhkan, Tidak gratis tentunya.

Pembagian ini, menggunakan kemasan jerry can (atau bahasa Indonesianya, Jerigen). Air dalam kemasan jerigen ini dibawa oleh penjual es teh untuk digunakan menyeduh teh. Apa memang jerry can ini food grade? Dan apa kualitas plastiknya bisa digunakan untuk air panas? Penyeduhan dengan jerigen ini biasanya dilakukan di sudut sudut taman monas yang sepi. Saya pernah memergokinya di track lari monas, di lingkaran terluar.

Saat akan menyeduh teh, biasanya pelaku akan membawa tiga bahan, air panas dalam jerigen, teh kotak, dan pemberi rasa manis. Masalahnya, untuk pemberi rasa manis ini, bukan menggunakan gula, tetapi natrium siklamat, atau lebih beken sebagai biang gula atau sari manis. Satu kemasan tanggung siklamat ukuran 50 gr, satu jerigen air panas isi 5 liter, dan satu kotak teh, voila, jadilah ramuan teh manis untuk dijual murah. 

Kalau memang air keran dan jerigen tidak dianggap sebagai masalah, maka perhatian kita akan turun ke siklamat. Penggunaan siklamat dalam waktu panjang sudah beken sebagai perusak ginjal. Ya mungkin kita sendiri tidak akan membeli secara terus menerus, karena tidak setiap hari juga ke Monas, tapi lebih baik kalau kita menghentikan praktik nakal ini. 

Sabtu, 11 April 2015

AGH44Bersatu: Febri Farhanny

Rasanya sudah lama saya tidak membahas anggota keluarga besar AGH44Bersatu. Ada banyak memang anggotanya, yang resmi saja, ada 167 orang, belum lagi tambahan tambahan lainnya. Muehehehe

Kali ini sedang ingin membahas Febri Farhanny, diva super sediva divanya di AGH 44. Lahir dan besar entah dimana (yang saya tidak tahu pastinya karena dia agak aneh), wanita yang akrab dipanggil Mpeb ini memang memiliki kepribadian yang unik. Gadis yang jauh dari kesan feminim ini memang terkesan urakan, tomboy, dan slengekan, padahal aslinya memang seperti itu. 

Sempat menyambung hidup di depok dan Jakarta, Mpeb tumbuh sebagai anak gaul yang gak gaul gaul amat. Mpeb sendiri pernah bercerita kepada saya bahwa masa kecilnya tidak mudah. Sewaktu SD, Mpeb empat dieksploitasi oleh teman nge Gym nya untuk dipekerjakan sebagai peminta minta di lampu merah. Ya, anda memang sedang tidak salah baca, dari SD Mpeb sudah rajin nge gym. Kalau anda pernah dengar Gatotkaca yang beken sebagai otot kawat tulang besi, maka Mpeb lebih lagi. Otot kawat tulang besi rambut fiber optic kulit titanium dan kuku emas putih. Maka dari itu, kalau bertemu Mpeb, lebih baik bius dengan kloroform, dan sebelum dia sadar, eksploitasi tubuhnya semaksimal mungkin. Kulitnya bisa menjadi bingkai ratusan batu cincin, kukunya bisa menghasilkan mas kawin yang mewah.

Sebagai anak pertama dari delapan puluh bersaudara, Mpeb memiliki karakter yang mudah ditebak, keras dan berapi api. Bisa dibilang dia memang mirip batu bara, karena sama sama keras, dan sama sama mudah tersulut api. Hingga duduk di bangku kuliah pun, rupanya sifat keras ini masih tertanam dengan baik. Bukti nyatanya, dia pernah menantang angkot untuk membuktikan kekerasan kepalanya. Angkot yang sedang melaju kencang dari arah bogor ke ciampea, disambut oleh Mpeb yang seolah ingin menabrakkan diri. Tapi sayang, kekerasan kepala Mpeb tidak cukup. Mpeb kalah telak sehingga ia menderita luka luka yang cukup serius. Yang paling saya ingat adalah rahang yang bergeser serta gegar otak. Saya sendiri tidak yakin, mengapa Mpeb bisa menderita gegar otak, padahal seingat saya, dia sendiri sudah tidak punya otak.

Terlepas dari semua ulahnya yang mengundang elusan dada, Mpeb kini sudah menjelma menjadi sosok yang mengundang decak kagum. Dulu saya menyangsikan, bagaimana bisa Mpeb diterima di perguruan tinggi berbasis pertanian terbaik se Indonesia, sehingga saya hanya bisa menduga bahwa satu satunya alasan dia bisa kuliah di kampus berlogo gebuk kasur, adalah karena Paman dan Bibinya adalah staff pengajar jempolan disini. Ternyata saya salah, Mpeb adalah berempuan bertekat baja. Bukan baja hitam tentunya, karena ia bukan Kotaro Minami. Kalaupun boleh memilih, tentu Mpeb akan memilih menjadi baja hijau toska dengan semburat warna hijau lumut, sehingga dipanggil sebagai Ksatria Baja Bacan.

Saya sendiri belum terlalu lama menyadari kesuperpoweran Mpeb. Walaupun masih muda, Mpeb sudah sangat mandiri secara finansial. Mpeb sangat gigih mencari uang demi masa depannya, sehingga tidak heran dia sudah memiliki pedati untuk berangkat kerja, ditarik oleh dua ekor sapi kobe yang terkenal akan dagingnya yang sangat enak. Selain itu, Mpeb sudah memiliki banyak investasi, dari gigi palsu dari emas, puluhan hektar lahan dalam bentuk pulau yang ternyata sudah dikeruk pasirnya sehingga hilang, juga berbagai bentuk obligasi dari permainan monopoli.

Satu satunya masalah Mpeb saat ini adalah tingkat kecantikannya yang terlalu melimpah. Bisa dilihat dari semua DP BBM nya yang terlalu kawaii. Saya sendiri bingung apakah dia yang terlalu kawaii atau terlalu berpose selayaknya anak labil, bukan labil secara ekonomi tentunya, karena dia bukan vicky prasetyo. Baiklah kita berpikir secara positif, kalau memang Mpeb itu cantik, gorjes, febules, famanos, uno, dos, tres, ... (Lah, malah main dora doraan).









Sabtu, 04 April 2015

Pempek Cawan Putih

Postingan keempat hari ini. Dibilang penting, mmmm kayaknya postingan saya gak pernah ada yang penting, buktinya dari sekian postingan, number being read tinggi, tetapi tidak ada komen *bhayy.

Berhubung saya sedang lapar, mari membahas tempat makan, siapa tahu bisa kenyang dengan sendirinya. Di kawasan jakarta, ada beberapa kawasan makan yang sudah beken dari dulu, seperti pasar poncol, taman puring, atau jatinegara, lah kok gak nyambung iki piye? Lokasi makan yang lumayan dekat dari tempat saya adalah Sabang. Tidak perlu ke Banda Aceh lalu menyambung dengan kapal mesin, karena Sabang disini adalah Jl. H. Agus Salim.

Sabang sudah terkenal sebagai tempat makan, terlihat dari deretan gerai yang kebanyakan menjual pengisi perut, dari Kopitiam di ujung Utara hingga Restoran Garuda di ujung Selatan. Selain gerai permanen, kalau malam hari suasanannya akan semakin ramai karena banyak gerobak makan berjejer di kedua sisi jalan. Kalau saya katakan gerobak, it's literally gerobak. Konsepnya hampir sama dengan foodtruck yang sudah beken di Umerika, tapi secara fisik lebih ramah lingkungan (dan ramah modal).

Dari sekian banyak lokasi makan di Sabang, ada satu favorit saya, namanya Pempek Cawan Putih. Ditunjukkan oleh teman kantor yang lahir dan besar di Palembang, saya sadar kalau citarasanya tidak akan mengecewakan. Ada beberapa menu yang ditawarkan disini, dari mulai Pempek berbagai wujud, model dan tekwan, putih telur cabe garam, dan pindang. Pindangnya sendiri dibagi menjadi dua, pindang iga dan pindang patin. Menu favorit saya ada dua, pindang iga dan tekwan. Lainnya, mmmm, kecuali ditraktir mungkin saya tidak memilihnya. Hehehe

Pindang Iga disini rasanya memang sungguh yum yum yum. Kata teman kuliah saya yang bernama Remarchtito Heyziputra, yang berasal dari Jambi, citarasanya bisa dibilang sama enaknya dengan masakan asli sana. (jambi dan palembang dan hanya sepelemparan batu saja). Kalau sedang apes, bisa jadi dapat tulang iga dengan bonus daging, tapi kalau sedang hoki, irisan dagingnya akan melimpah hingga terasa enek dan mual di perut.

Opsi favorit saya lainnya, tekwan. Baso ikan super lembut dengan tambahan bihun dan jamur kuping membuat semakin ngiler. Kuah udangnya juga terasa gurih dan sedikit manis. Membuat saya tidak menolak kalau disuruh menghabiskan dua porsi (asumsi, makan tanpa nasi, dan perut dalam keadaan kosong). 

Dari segi harga, menurut saya masih reasonable lah, walaupun tambahan PPN 10 % kadang terasa genggeus. Tapi yasudahlah, saya mau melahap porsi tekwan kedua saya. Kamu sendiri, kapan mau kesini?


 Porsi pertama tekwan
 Daftar harga menu makanan
 Daftar harga menu minuman
Porsi kedua tekwan

Penipuan di media sosial bermodus like, share, and get

Postingan ketiga hari ini. Bukan karena saya yang terlalu rajin, tapi karena lama lama jengah juga lihat sindrom yang sedang ramai akhir akhir ini. Awalnya saya menyebutnya sebagai sindrom 10.000. Bukan 10.000 like, 10.000 share, atau 10.000 rupiah, tetapi 10.000 orang beruntung!

Pada awalnya, saya mendapatkan seorang teman menshare postingan sosial media dua brand sepatu olahraga terkenal, nike dan adidas. Keduanya menulis dengan jelas modus yang sama, 10.000 orang pertama yang follow, like, dan share, akan mendapatkan masing masing sepasang sepatu olahraga. Saya yang baru sempat mengintip ke akun instagram nike dan adidas, sempat tergoda untuk melakukan hal yang sama, mengingat saat itu kalau saya mulai mengikutinya, saya masih masuk ke kuota 10.000, way too early though.

Belum saya klik tombol ikuti, saya sudah curiga, dua brand ini, kalau tidak mau disebut brand premium, adalah produk mahal. Tidak mungkin mereka akan menghambur hamburkan uang begitu saja dengan manfaat yang tidak jelas untuk mereka. Ambil sepasang sepatu 500.000, maka mereka harus keluar uang 5 milyar untuk kegiatan seperti ini. Bukankah itu menarik (sekaligus menggelikan?).

Kecurigaan kedua, baik adidas ataupun nike, menggunakan kata kata promosi yang isinya sama persis. Coincidence? I guess not. Pelakunya sama, siapapun itu, mereka sudah pasti tipu tipu. Ditambah lagi, di bagian komentar hasil share teman saya, ada yang tertawa dan mengatakannya hoax. Meh, somehow I feel so sorry for him. Kesian aja sik. Malunya itu yang gak nahan.

Beberapa minggu berselang, sekarang di Line sedang heboh akun iBox Indonesia. Modusnya sama, 10.000 orang beruntung. Annoying? Yes. Poor for them? Hmmmm, slighly maybe. Padahal kalau mau berpikir sedikit lebih serius, hal seperti itu tidak akan ada, dan tidak akan pernah terjadi. Apple merupakan perusahaan premium, wah too premium compared with adidas or nike. Jangan bagi bagi iPhone 6, bagi bagi voucher iTunes sebesar 5 USD aja sepertinya tak mungkin. (Yang lebih menjengkelkan, ketika saya mengingatkan bahwa kemungkinan besar itu hoax, saya mendapatkan respons yang tidak sesuai ekspektasi saya). Hal yang paling konyol, ketika saya cek ke akun iBox di twitter, iBox Indonesia sendii mengklarifikasi kalau itu penipuan. Hemeh!!

Baru bernafas lega karena iBox selesai dengan kejelasan yang terpampang nyata, salah satu teman saya di line terkena GoPro, sama saja, hanya jumlah pemenang yang beruntung menjadi 1.250 orang saja. Tapi tetap saja saya mencibir karena sadar kalau itu sudah pasti hoax. Oh come on guys, could you be more aware with this kind of shits?

Yang saya khawatirkan, bukan sekedar penipuan, bagaimana kalau mereka tiba tiba melakukan pengaksesan ke data pribadi, menguasai akses ke akun kita dan mencuri beberapa informasi yang sifatnya confidential? Contoh yang paling memungkinkan kalau di instagram, mereka akan mengakses akun kita untuk menjadi follower bagi orang orang yang membayar ke hacker. Kalau di Line, entah bagaimana cara kerjanya, tapi sudah pasti tidak mungkin sesuatu yang baik baik saja.

Mungkin memang itu sudah bagian dari masyarakat kita, menjadi latah tanpa inspeksi dulu hal yang akan kita latahi. Kalau kita melihat lebih jauh, ada yang mirip antara share and get dengan pesan broadcast. Keinginan kita mendapatkan imbalan (dari materi, 'pahala', hingga sekedar pengakuan) membuat kita berpikir tidak ada salahnya untuk melakukan kedua hal itu. Tapi guys, lebih baik kalau kita melakukan inspeksi terlebih dahulu. Kalau memang kuis, apa memang akunnya shahih, kalau memang broadcast, apa memang beritanya tidak hoax atau malah hanya sekedar khayalan babu yang bersifat mengada ada. Masalah broadcast, saya jadi ingin tertawa mengingat beberapa teman saya yang sering broadcast tanpa mengecek akurasi berita, kemudian ketika dikonfrontasi, hanya bisa berkelit dengan mengatakan "Yah saya kan hanya meneruskan." SRLSY GYS, YYYYY?????

Konfirmasi akun official iBox Indonesia mengenai kepalsuan akun line iBox (yang menggelar event like, share, and get)

Akun instagram "Adidas" 

 Akun instagram "Nike"

 Konfirmasi akun twitter official Nike Indonesia kalau akun Instagram diatas adalah palsu.