Jumat, 03 April 2015

Saturday Morning Rush

have interest in two things in weekend's morning, exploring jakarta and light jog. Yah sebenernya, ada lagi sih, seperti misalnya belanja dan ngebo, tapi mari kesampingkan dua aktivitas yang gak bisa dibanggakan tersebut.

Saya mulai hari dengan berlari, bukan berlari dari ingatan tentang mantan, bukan pula berlari dari kejaran debt collector. Untuk sabtu pagi, saya paling suka dan paling nyaman lari di kawasan monas. Niatan lari lari sambil cuci mata di thamrin sudirman sudah pasti tidak akan bisa terwujud karena tidak ada pemblokiran kendaraan dengan kedok car free day. Berangkat jam 6.30, saya berlari ringan ke monas, dengan jarak tempuh tepat 5 km. Pssstttt, to bo honest, I take a break with walking in 3rd km. Thehehe
Sudah lari, saya teringat bahwa ada penjual tanaman hias di kolong jembatan kereta di daerah cikini. Dulu saya tidak sengaja ke daerah itu, tetapi lebih ke arah tersesat disebabkan oleh tukang ojek yang sesat. Dari monas, saya sebenarnya bisa langsung ke arah cikini, tetapi mengingat jaraknya lumayan, maka saya memutuskan ke stasiun juanda, lalu naik KRL untuk berpindah dua stasiun. Penting? Tentu saja tidak, tapi saya terlalu malas untuk berjalan kaki. Ahahaha

Sampai di stasiun Cikini, saya tidak tahu ke arah mana saya harus mencari, ke arah manggarai, atau gondangdia? Bertanya ke satpam juga tidak membuahkan hasil, satpam ternyata tidak menguasai medan. Yang memberi informasi mengenai 'tukang kembang' kepada saya justru penumpang lain, yang ternyata salah. Kok salah? Saya mencari nurseri, malah ditunjukkan florist. Merasa salah, saya terus berjalan di jalan proklamasi ke arah manggarai. Hingga saya menyadari kalau ternyata rel semakin rendah, maka saya sadar kalau saya semakin salah. 

Berputar arah 180o, saya kembali ke arah gondangdia, mencari nurseri yang saya cari. Yang sempat saya lihat, ternyata di pinggir jalan proklamasi, ada bangunan tua yang agak menyeramkan. Banyak alang alang yang tumbuh di halaman depan, bangunan lama dari jaman Belanda, dan pohon trembesi berumur puluhan tahun di sudut halaman, membuat saya berpikir kalau bangunan ini cocok menjadi lokasi shoting film horror indonesia berikutnya. Terserah mau horror betulan atau horror berbau selangkangan, saya tetap tidak akan menonton. Satu hal yang membuat saya semakin penasaran, ada beberapa atribut bendera merah putih yang sudah kusam di beberapa bagian pagar.
Stasiun cikini memang sudah berbeda dengan kondisi dulu. Kalau dulu di pintu keluar utara dipenuhi dengan berbagai macam penjual, terutama perajin parcell dan florist, maka sekarang jauh lebih baik. Suasana yang sangat sepi dan perbaikan disana sini, membuat semakin senang melihatnya. 
Saya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri jalan probolinggo di samping stasiun cikini arah ke gondangdia. Nursery yang saya cari memang ada, tetapi kondisinya ternyata tidak sebaik image awal yang saya dapatkan. Hingga akhirnya saya menyerah, memang lebih baik kalau saya mencari di daerah senayan atau ragunan. Satu yang saya suka, di daerah ini masih banyak pohon rindang di pinggir jalan sehingga tidak terasa panas. Yah project berikutnya, mungkin bisa mencari rute jogging alternatif yang bukan mainstream seperti jalan jalan ini. Daerah menteng mungkin bisa, tapi arus lalu lintas yang cukup ramai membuat saya harus berpikir ulang untuk memasukkannya ke dalam daftar.
Perjalanan saya akhiri di Masjid Cut Mutia. Masjid dengan gaya bangunan yang tidak biasa ini memang unik. Saya sendiri baru tahu kalau ini masjid, dan ini namanya Cut Mutia. Dulu saya berpikir yang disebut Cut Mutia itu adalah Cut Nyak Dien, masjid tetangga yang sepelemparan batu dari Cut Mutia. 
Ps: karena lewat HP dan kuota mepet, maka foto foto nyusul.
 
 Bonus: Gear baru saya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar