Sabtu, 20 Desember 2014

Refleksi pelaksanaan CFD tahun 2014

Another not so important post to be wroten (Oh come on, you never posted grade A article before, lol).

Tahun 2014 segera berakhir dalam hitungan hari. Ada satu kebiasaan gue yang mungkin bisa dibilang baru tahun ini, CFD-an. CFD, stands for Car Free Day, momen mingguan dengan niatan mulia. Ajang olahraga massal dengan nol residu hasil pembakaran hidrokarbon, dari jalan santai, jogging, sprint, marathon, skateboard, bersepeda, or just pick one you really loved.

Ajang CFD rupanya tidak hanya jadi event olahraga, banyak pula aktivitas sosial yang sudah melenceng dari tujuan awal. Dari berjualan, himbauan aktivitas religius, gathering dan show up komunitas tertentu, sekedar mejeng ala cabe cabean kali cideng, atau bahkan orasi non ilmiah yang, absolutelly drives me nuts.

Mulai pertengahan tahun ini, sepertinya juga makin banyak acara yang makin tidak senonoh. Kalau anda terbiasa di Monas, pasti anda merasa semakin hari, semakin banyak acara seremonial yang hanya memicu anda mengerenyitkan alis sambil berkata dalam hati, 'what the f*** with these sh*ts?‘ kebanyakan memang berupa acara non profit atau acara bertujuan positif dari lembaga atau institusi tertentu, tapi yang pasti banyak pencari udara segar hari minggu yang terganggu. Apa yang bisa anda harapkan dari lapangan monas yang sudah penuh oleh di segala sisinya. Mau lari? bisa, tapi do not expect to run as free as impala or blackbuck in serengeti national park. Lol
 
Contoh event yang ada di Monas.Dalam satu hari Minggu, bisa ada dua atau lebih event yang dilaksanakan di lapangan monas. Bisa bayangin gimana pembagian ruangnya? masih berharap bisa berlari dengan chantique?
 
Bukan cuma monas yang merenggut kebebasan pencari keringat. Sekarang ada pergeseran penggunaan jalan di ruas sudirman - thamrin juga. Penyempitan di beberapa titik akibat pembangunan MRT membuat kondisi semakin parah. Jalur cepat yang menyempit menjadi tiga ruas di Sudirman, semakin tidak masuk akal ketika ada event lari atau apapun yang semakin meledak seperti bakteri Erwinia carotovora di hati kubis pada musim penghujan. They are stinky, destroying, and of course annoying. Ruas jalan yang tiga jalur, satu jalur dipaksa steril dari pengguna jalan lain. Satu jalur untuk pesepeda, dan satu jalur untuk pelari biasa, non event, untuk bercampur dengan alay alay yang cuma mejeng. Praise the lord! All i want is to smack the official ass with whatever I'd able to find there.

 Spot penanda event lari. entah event lari keberapa yang gue jumpai kemarin, yang pasti, they're enormous in number.

 Suasana lari yang ideal: lengang. tapi bisa terlihat kan pria dengan vest orange? Dia panitia lari yang bertugas mensterilkan jalur untuk pleari (yang gue juga ragu karena jarang berpapasan dengan pelari tersebut)

Ledakan paling parah mungkin dari segi pengguna CFD. Makin banyak makhluk astral yang turun di CFD dan menyita tempat. Dari ababil yang cuma jalan jalan, pemilik anjing yang membawa anjingnya hanya untuk gaya gayaan, ibu ibu entah dari mana yang ikut event hanya untuk mendapatkan selembar kaos dengan bahan yang berbau menyengat ketika keringatnya kering, dan atau komunitas entah apa yang gak puas hanya dengan berdiri di trotoar, kemudian turun ke jalan dan memakan hampir keseluruhan ruas jalan.
 
Simpatisan pada acara menjelang turunnya Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, bertajuk TerimaKasihSBY. Kalau buat gue, #TerimaKasihSBY sudah merenggut agenda CFD gue karena your packs of spectators.

Yang paling ganggu tentu ababil yang cuma CFD an untuk gaya gayaan. Masalahnya sekarang, jumlah mereka memiliki kelimpahan paling tinggi di alam semesta. Dan mereka ini, biasanya gak punya otak. Yang jalan kaki masuk ke ruas sepeda, vice versa. Njijiki pol wis, nggarai nggondok ae. Layaknya makhluk astral lainnya, mereka punya jam operasi juga. Biasanya, mereka mulai keluar dari sarang di atas jam setengah 8. It means, kalau mau lari lari sehat, bukan lari lari cantik karena kalian bukan syahrini, mulailah lari as soon as you wake up. Dari mulai CFD jam 5 pagi, artinya ada 2.5 jam untuk lari sehat dan bebas. Kalau mau nonstop bisa lah beberapa kali bundaran monas ke bundaran senayan Pulang Pergi, lol.

Too lazy to wake up early? bisa lari di hari sabtu di areal Monas. Pengalaman gue, monas di hari sabtu sepinya mirip dengan Thamrin di hari Idul Fitri, sepi. Lari lari cantik sampai gosong juga gak bakal terganggu sama alay, karena rata rata memang yang lari di hari Sabtu betul betul mencari keringat. Tapi ya harap dimaklumi saja, track batu alam yang tidak rata, dan tidak bisa nyambi nyuci mata. Lol

 Setelah membaca tulisan ini, ada baiknya gue ingatkan, bahwa, I'm not antisocial, I just hate human race.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar